Jumat, 27 Januari 2012

Mengajar dan Mendidik

Bergeraknya cara pandang dan kultur mendidik karena sekolah guru hanya didapatkan di jenjang perguruan tinggi, sedangkan Sekolah Keguruan setingkat SLTA dihapus oleh Pemerintah sejak tahun 1990an. Kini 2011 mulai terasa bahwa Indonesia mulai kekurangan tenaga Pendidik yang berkwalitas, di Negeri ini bertaburan program Mengajar yang Ilmu pendidikannya di dapatkan secara instant yg praktis  di lapangan mana kala sang pelaku mengajar diberi bekal secara teori seadanya, begitu terjun di lapangan lalu bercerita di media begitu hebatnya menjadi guru selama kurun waktu 1 tahun, salah satunya adalah Indonesia Mengajar yang diprakarsai oleh Anis Baswedan, kemudian Kemendikbud mulai mengikuti jejak Anis baswedan yg dianggap merupakan terobosan unuk membangkitkan gairah dunia pendidikan di Indonesia.
Mari kita ikuti sejenak sejarah masa lalu
sekitar tahun 75an.  Saat itu ada yang dinamakan Program Pemerintah yaitu Semua lulusan SLTA sederajat diperbolehkan mengikuti Program selama 6 bulan dan setelahnya berhak menyandang NIP sebagai PNS Tenaga Pengajar. Dan menurut teori saya pribadi, sejak tahun 2000an (hitung 1975 – 2000 = 25 tahun dan kini berarti 36 tahun sudah)sytem pendidikan di Indonesia mulai terlihat pergeseran itu,(efek Kebijakan tahun 1975) mulai dari kebijakan Pemerintah yang mau tidak mau mengikuti kondisi di lapangan, bertukarnya nama kurikulum, (GBPP s/d KTSP padahal keneh)dipelintirnya bahasa bahasa dalam penerapan kurikulum, berubahnya system pandangan masyarakat dan guru sekaligus pengejar. Target yang ditetapkan pemerintah yang mau tidak mau harus dikejar dan dilaksanakan(imbas teori mencerdaskan anak bangsa). Adalah suatu anggapan pengamat “Regulasi system yang dibuat harus lebih maju oleh para pakar pendidik di Negeri ini” karena yang membuat adalah para mantan aktor/praktisi Pendidik dan sebagai Abdi Negara yang berpengaruh, maka semua teori yang dimaksudkan tadinya untuk kemajuan bangsa dan Negara sepertinya berdampak lain (Sekalipun menerapkan seratus jurus seperti mencantumkan karaktr bangsa/Sedangkan PMP/PPKn/dan budi pekerti selalu diterapkan guru yang benar benar guru tanpa pencantuman karakter di dalamnya), tidak berbanding lurus dengan tujuan seperti yang diteorikan oleh para pengamat pendidikan tsb, namun tidak menampik ada juga sisi positif hasil dari kajian dan kebijakan tersebut.
Dalam Pelajaran/Pendidikan Jasmani Khususnya Karakter yg dimaksudkan dalam pembentukan norma pada anak sebenarnya tanpa harus mencantumkan di dalam RPP sekalipun, sudah dan memang harus disisipkan Karakter, yakni    Disiplin ( Discipline ), Tekun ( diligence ), Tanggung jawab ( responsibility ), Ketelitian ( carefulness), Kerja sama ( Cooperation ), Toleransi ( Tolerance ), Percaya diri ( Confidence ), Keberanian ( Bravery ) Perhatikan Video diatas, semua sudah ada di dalamnya (salah satu/banyak dalam pembentukan karakter) demikian pun ketika guru kelas sedang berada di dalam kelas, sebenarnya sudah menerapkan Karakter/norma dari berbagai sudut dan tindakan serta sikap sebagai tenaga pendidik yang berkompeten, kecuali guru yang mungkin saja tidak memiliki basic pendidikan guru dan mungkin saja guru yang tidak menguasai didaktik dan methodik dasar sebagai tenaga pendidik mungkin hanya rutinitas mengajar mengenyampingkan mendidik karena tuntutan beban kerja dan terpaksa jadi guru atau memaksakan jadi guru karena pekerjaan yang dipaksakan atau demi status. Perhatikan keadaan di dalam kelas yang juga salah satu bentuk keasabaran seorang guru dalam membentuk karakter anak. (Video: bukan eksploitasi, ini adalah contoh)


Contoh lain adalah :

Pesan yang disampaikan merupakan pesan yang mungkin saja tidak berarti sbb sudah sering disampaikan, Namun sekali lagi inilah karakter yang dimaksudkan, walau tanpa harus memasukkan dalam Rancangan Pembelajaran secara tertulis sekalipun. Tugas pendidik dan Pengajar adalah berupaya mendewasakan siswa secara terus menerus hingga mereka memahami apa yg dimaksud dgn budaya berbangsa dan bermasyarakat, bergaul, bersosialisasi dan bernegara. sebab mereka adalah makhluk yang terus bertumbuh sesuai dengan cara pandang mereka, sesuai dgn masukan yang diarahkan, sesuai dgn situasi seorang pendidik yang dapat mempengaruhi karakter mereka kelak.
Mengajar dan mendidik bukanlah tugas yang gampang, jelas jika seseorang mengatakan Cinta terhadap pendidikan tapi kenyataannya putus asa menjadi pendidik oleh karena berbagai segi yang mungkin saja tak tarpikirkan oleh pemerintah sebagai regulasi pendidikan, Jiwa2 pendidik akan bergerak kearah lain tanpa sengaja, bergerak secara Fsychologi yang pada akhirnya guru hanya sebatas menjalankan Kurikulum apa adanya, mengejar target tanpa mendidik, ditambah lagi otoriternya seorang pimpinan, termasuk regulasi system pemerintahan yg juga turut mempengaruhi jiwa2 pendidik sejati yang mau tidak mau sebagi ojek korban yang tak terelakkan
Contoh berikut yang membuat inspirasi dan mengembangkan methoda kearah perkembangan Motorik pada anak sekaligus menyisipkan karakter di dalamnya, Intinya adalah : mengajarkan anak dalam pelajaran Atletik dengan cara memodifikasi peraturan yg sesungguhnya. inilah Pendidikan Jasmani di tingkat Sekolah Dasar, yakni olahraga Fantasi ( Olah raga sibuyung)
Bersambung